-

Jumat, 05 Juni 2009

RAHMAT PENGAMPUNAN BAGI LUKA BATIN

Allah itu penjunan yang rancangan-Nya indah dan tak terselidiki. Namun bagaimana dengan mereka yang merasa terlantar atau abuse? Mereka yang batinnya tidak tenang dan bahkan memendam suatu bahaya yang berdaya ledak tinggi, pastilah tergolong dalam jiwa yang terluka. Endapan emosinya sewaktu-waktu akan mengganggu irama hidupnya. Bagai luka yang menganga, penuh nanah bahkan menuju pada proses amputasi, karena kepahitan, rasa sakit dan kepedihan yang disimpan dalam waktu lama akan menjadi monster hidupnya.

Putri anak bungsu dari sebuah keluarga, sangat dimanja ibunya. Intensitas relasi itu berdampak, ketika ibunya menghadap Tuhan, putri mengalami shock tanda lara yang tak terkira. Benih yang berbulir pun menyebar ke seluruh tubuhnya. Sayangnya sebaran rasa sakit dan perasaan tak berharga menyayat tiap tunasnya. Daya menyimpan duka ke dalam tak mampu diemban. Sehingga perhatian dan kasih yang mengalir dari para sanaknya pun tak mampu mengobati luka batinnya. Padahal Yakobus 1:21 berkata, Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.

Secara pribadi putri tak mampu menanggung secara imbang; rasa kegagalan, rasa menilai diri ditolak dan itu masuk lekat sampai ke alam bawah sadarnya yang berpengaruh buruk pada pola lakunya. Saat ia rindu akan indahnya warna netral, putri hanya dapat memandangi langit tanpa bintang, menatap kebiruan cakrawala yang tak terjangkau. Kesanalah hati yang murni pergi untuk menemukan Jamahan Allah, dan berharap dibebaskan dari belenggu konflik diri.

Tuhan, El Shadai bekerja dan menuntun para sanak terdekat untuk bertindak dalam kasih. Proses kejutan yang satu mewarnai aliran deras terangkatnya beban masa lalu dan terbukanya gerbang jalan baru. Suasana yang dikondisikan pun kadang melalui bisikan, arahan dan tuntunan agar cakrawala pandang tentang hidupnya menjadi cerah. Seperti madah Santo Paulus kepada umat di Roma: 8:22-25 Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin. Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita. Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya? Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.

Sehingga pada suatu saat Putri mendengarkan sapaan Tuhan yang lembut sayup-sayup. ”Aku ingin memberikan diri-Ku kepada jiwa-jiwa dan memenuhi mereka dengan kasih-Ku, tetapi hanya sedikit jiwa yang mau menerima semua rahmat yang telah dikhususkan kasih-Ku bagi mereka. Rahmat-Ku lenyap, kalau jiwa yang seharusnya menerimanya, tidak menerimanya; rahmat itu diambil oleh jiwa lain.” Dengan rendah hati Putri pun mendengar bisikan Tuhan. Bagai mekarnya bunga, kesadaran akan perhatian keluarganya pun menjadi tampak nyata di matanya. Sinar dan pancar kegembiraan hatinya pun muncul seketika tatkala Putri berada di tengah mereka. Kasih Ilahi telah melakukan karyanya dikedalaman jiwa Putri.

Ya Yesus, Engkau telah memulihkan luka batin Putri, berilah dia kekuatan untuk berjuang, sebab tanpa-Mu dia tak mampu berbuat apapun. Sebab Engkau mampu melakukan segalanya, dan Engkau akan memberi dia semuanya yang diperlukan oleh anak-Mu yang lemah ini. Persis seperti kata Paulus dalam II Kor 5:17 “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”

Pesan moral orang yang merasa bisa adalah orang yang jiwanya kerdil, namun orang yang bisa merasa, adalah orang yang jiwanya matang. Mazmur 34:19 Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya. Ampunilah maka kamu akan diampuni juga

Semoga Roh Kudus mengurapi kita semua.

Tidak ada komentar:

Arsip Renungan

Artikel Renungan favorit pembaca