-

Senin, 01 Februari 2010

Date with a Woman

Setelah 21 tahun Perkawinan kami, Istri saya ingin saya untuk membawa perempuan lain untuk pergi makan malam dan menonton sebuah film.
Dia mengatakan, "Aku mencintaimu, tapi aku tahu Perempuan lain ini mengasihimu dan dengan penuh cinta menghabiskan banyak waktunya untukmu".
Perempuan lain yang Istri sebutkan untuk saya kunjungi adalah IBU saya sendiri, yang telah menjadi janda selama 19 tahun, tetapi karena tuntutan kerja saya dan tiga Anak-anak telah membuat saya hanya mungkin untuk mengunjunginya sesekali saja.

Malam itu aku menelepon untuk mengajak Ibu pergi keluar untuk makan malam dan menonton sebuah film.
"Apa ada yang salah, apa kau baik-baik saja", dia bertanya ?
Ibu saya adalah tipe Wanita yang akan curiga bila pada sebuah panggilan di tengah malam ataupun ajakan yang tiba-tiba, adalah sebuah pertanda adanya berita yang tidak baik.
"Saya berpikir bahwa akan menyenangkan bila kita bisa pergi keluar makan-malam bersama-sama", jawab saya.
"Hanya kita berdua".
Dia memikirkan hal itu sejenak, dan kemudian berkata, "Aku akan sangat senang sekali".

Hari Jumat itu sepulang kerja, saat aku berkendaraan untuk menjemputnya Saya sedikit Gugup.
Ketika saya tiba di rumah, aku menyadari bahwa dia juga tampaknya Gugup . Dia menunggu di depan Pintu . Dia telah menata rambutnya dan memakai pakaian yang juga telah dipakainya untuk merayakan ulang-tahun pernikahannya yang terakhir kali. Dia tersenyum dengan wajah bersinar-sinar seakan-akan seperti wajah dari seorang malaikat.
"Saya mengatakan kepada teman-teman bahwa aku akan pergi dengan anak-ku, dan mereka semua terkesan", Dia mengatakan itu, saat ia masuk ke Mobil.
"Mereka tidak sabar untuk mendengar cerita tentang pertemuan kita".
Kami pergi ke sebuah restoran yang, meskipun tidak mewah, sangat bagus dan nyaman.
Ibu saya mengandeng lengan saya dan berjalan seolah-olah Dia adalah seorang 'First Lady'.

Setelah kami duduk, aku memilih Menu yang terdapat pada sebuah papan menu dengan tulisan-tulisan yang besar yang terdapat di dekat pintu masuk, aku mengangkat mataku dan melihat Ibu duduk di sana menatapku. Sambil tersenyum mengenang nostaligia kejadian dulu.
"Dulu, aku yang harus memilihkan Menu ketika kamu masih kecil", Katanya.
'Kalau begitu, sekarang waktunya anda boleh bersantai dan membiarkan aku untuk memilihkan menunya untukmu", Aku menjawab.

Selama makan malam, kami melakukan percakapan yang menyenangkan, tidak ada yang Luar Biasa, hanya membicarakan kejadian yang dialami baru-baru ini satu sama lain dalam hidup kami. Kami berbicara begitu banyak sehingga kami ketinggalan untuk menonton film. Ketika kami tiba di rumahnya, Dia berkata, "Aku ingin pergi berjalan-jalan bersamamu lagi, tetapi hanya jika kamu membiarkan saya yang mengajakmu". Aku setuju.

'Bagaimana dengan acara makan malamnya ?", tanya istriku begitu aku sampai di rumah.
"Sangat menyenangkan. Jauh lebih menyenangkan dari yang aku bisa bayangkan", jawabku.
Beberapa hari kemudian, Ibu saya meninggal karena serangan jantung mendadak. Itu terjadi begitu tiba-tiba, sehingga aku tidak punya Waktu untuk melakukan apa pun untuknya.

Beberapa waktu kemudian, saya menerima surat dengan bukti pemesanan di sebuah restoran, dari restoran, tempat yang sama Ibu dan aku makan.
Sebuah Catatan Terlampir:
"Saya membayar pemesanan ini didepan.
Saya tidak yakin bahwa saya bisa berada di sana;
Namun demikian, saya dibayar untuk Dua porsi --
Satu untukmu dan yang satunya lagi untuk istrimu.
Kamu tidak akan pernah tahu betapa berartinya Malam itu bagiku.
Aku mencintamu Anakku."
Pada saat itu, aku memahami betapa Pentingnya mengatakan padanya : "I LOVE YOU!"
dan untuk memberikan cinta kita kepada mereka dan mengatakan bahwa mereka yang pantas menerimanya. Tidak ada hal lain dalam Hidup ini yang lebih penting daripada Tuhan dan keluarga Anda.
Memberi mereka waktu anda, selagi ada, karena ada beberapa hal yang tidak dapat kita katakan 'Masih ada banyak waktu lain."
Teruskanlah ini Untuk Semua Orang,
Untuk Anak,
Untuk Pasangan,
Untuk Sahabat,
Dan paling penting,
Untuk seseorang yang anda Cintai.

Tidak ada komentar:

Arsip Renungan

Artikel Renungan favorit pembaca