Muda, ramah, dan energik. Itulah sekilas gambaran ketika pertama ketemu dengan Naomi Susan, pemegang saham Ovis Group dan direktur di tujuh perusahaan di Indonesia.
Posisi puncak yang diembannya tidak datang begitu saja, tetapi melalui proses. Perempuan kelahiran Januari 1975 itu mengawali karier dari nol setelah menyelesaikan kuliah di jurusan PR & Business Communication.
Sebenarnya, pengalaman berbisnis sudah dia lakukan sejak SMA. Saat itu, Naomi membantu tante untuk jual beli tanah di daerah Jonggol. Tadinya dia hanya membantu di administrasi, namun kemudian Naomi juga turun ke lapangan.
Kendala yang dialaminya waktu itu adalah umurnya yang masih 20 tahun dan memiliki tubuh yang kecil. Akibatnya, untuk penyelesaian transaksi harus tetap di back up oleh figur tantenya. Padahal, katanya, kalau mau jujur walau masih kecil, Naomi sudah bisa menghasilkan klien.
Kemudian dia bekerja di perusahaan periklanan sebagai account executive. Saat itu muncul keinginan untuk memiliki usaha sendiri. Akhirnya dia terjun ke lantai bursa, memainkan uang sendiri di bursa komoditas.
Keberuntungan belum berpihak pada Naomi. Dia kalah yang mengakibatkan uang yang selama ini dikumpulkan terus tergerus. Lalu dia memutuskan untuk menambah wawasan dengan melanjutkan pendidikan ke Australia.
Selagi menunggu surat-surat selesai, dia sempat membaca lowongan pekerjaan di salah satu surat kabar, lalu dia mencoba melamar. Lamarannya sempat ditolak oleh pimpinan perusahaan yang memiliki produk Ovis Dining Club. Namun, satu bulan kemudian, dia dipanggil lagi untuk posisi public relations.
Dua bulan bekerja, pimpinan perusahaan itu melihat kemampuan Naomi untuk menjadi seorang marketing yang andal, sehingga pada saat perusahaan itu terpilih oleh Singapura untuk memegang master franchise dari Card Connection International, pimpinan perusahaan tersebut menawarkan kesempatan pada Naomi untuk menjadi pemegang saham.
Naomi tidak langsung menerima tawaran itu, karena dia masih trauma dengan kejadian di lantai bursa yang menguras tabungannya. Tetapi dengan bijaksana pimpinan itu meyakinkan bahwa dia melaksanakannya.
Bahkan dia diberi fleksibilitas dalam menghadapi kerugian yang akan terjadi. Akhirnya dia menerima tawaran itu, sehingga jadilah Naomi sebagai seorang pemegang saham dan menjabat sebagai direktur.
Sempat merugi
Pada 1997 terjadilah krisis moneter yang mengakibatkan bisnis itu merugi. Perusahaan kemudian menerapkan strategi baru, yaitu produk yang tadinya hanya jaringan diskon di seluruh Indonesia dan dunia, dilengkapi dengan priviledge & promotion services sebagai nilai tambah, sehingga pendekatan kepada klien lebih rasional.
Pada saat krisis moneter, semua orang mau berhemat dengan fasilitas diskon, apalagi kalau mendapat fasilitas gratis, misalnya makan, berenang, nonton. Dengan strategi itu, pada 1999 bisnisnya kembali berjaya.
Sukses Card Connection menghantarkan Naomi ke jajaran pebisnis tangguh di Indonesia sehingga mendapat berbagai penghargaan. Bersamaan itu juga, lahirlah perusahaan baru dari perusahaan Ovis Group yang berjalan sejajar dengan bisnis pribadinya seperti jual beli properti, restoran, sampai pesawat carter.
Untuk menjalankan pekerjaan itu, Naomi tidak berhenti melakukan motivasi diri sendiri. "Saya memiliki mimpi, dan mimpi itulah yang selalu menjadi motivasi bagi saya," kata Naomi.
Dia mengakui, faktor yang paling berperan dalam menjalankan kariernya adalah karakter dan sikap yang kuat, pantang menyerah, menjunjung tinggi suatu komitmen, tidak suka berjanji, mudah bergaul, selalu mau belajar, melakukan segala sesuatu dengan tulus, loyal terhadap sesuatu, dan menghargai semua orang.
Untuk mengembangkan diri, dia banyak membaca berbagai macam buku, sering bertemu dengan seniornya untuk menambah informasi terutama yang bersangkutan dengan bisnis baru yang dibangun dan menonton VCD motivasi.
Untuk mengoreksi dirinya, dia selalu merekam setiap kali dia menjadi pembicara di seminar untuk mengetahui kekurangan yang harus diperbaiki. "Dari kesemuanya, dulu dan sekarang, yang saya sukai dari pekerjaan saya adalah belajar..belajar....dan belajar," kata Naomi yang senang jalan-jalan itu.
Waktu senggang alumnus University of Portland Oregon USA itu diisi dengan acara berkumpul dengan keluarga seperti bermain dengan keponakan. Waktunya sangat padat, sehingga jika ada sedikit waktu luangnya dibagikan kepada keluarganya.
iat suksesnya adalah berbisnis dengan cinta, make everybody happy, lakukan semuanya dengan tulus, baik dan benar, sedangkan secara profesional dia mempersiapkan segala strategi untuk mencapai tujuan.
"Dalam menjalani hidup saya selalu penuh dengan motivasi, penuh dengan inspirasi, penuh dengan semangat, berpikiran positif. Saya menjalani hidup seperti air mengalir yang akan membawa saya ke mana saja," kata Naomi lagi.
reni.efita@bisnis.co.id
Posisi puncak yang diembannya tidak datang begitu saja, tetapi melalui proses. Perempuan kelahiran Januari 1975 itu mengawali karier dari nol setelah menyelesaikan kuliah di jurusan PR & Business Communication.
Sebenarnya, pengalaman berbisnis sudah dia lakukan sejak SMA. Saat itu, Naomi membantu tante untuk jual beli tanah di daerah Jonggol. Tadinya dia hanya membantu di administrasi, namun kemudian Naomi juga turun ke lapangan.
Kendala yang dialaminya waktu itu adalah umurnya yang masih 20 tahun dan memiliki tubuh yang kecil. Akibatnya, untuk penyelesaian transaksi harus tetap di back up oleh figur tantenya. Padahal, katanya, kalau mau jujur walau masih kecil, Naomi sudah bisa menghasilkan klien.
Kemudian dia bekerja di perusahaan periklanan sebagai account executive. Saat itu muncul keinginan untuk memiliki usaha sendiri. Akhirnya dia terjun ke lantai bursa, memainkan uang sendiri di bursa komoditas.
Keberuntungan belum berpihak pada Naomi. Dia kalah yang mengakibatkan uang yang selama ini dikumpulkan terus tergerus. Lalu dia memutuskan untuk menambah wawasan dengan melanjutkan pendidikan ke Australia.
Selagi menunggu surat-surat selesai, dia sempat membaca lowongan pekerjaan di salah satu surat kabar, lalu dia mencoba melamar. Lamarannya sempat ditolak oleh pimpinan perusahaan yang memiliki produk Ovis Dining Club. Namun, satu bulan kemudian, dia dipanggil lagi untuk posisi public relations.
Dua bulan bekerja, pimpinan perusahaan itu melihat kemampuan Naomi untuk menjadi seorang marketing yang andal, sehingga pada saat perusahaan itu terpilih oleh Singapura untuk memegang master franchise dari Card Connection International, pimpinan perusahaan tersebut menawarkan kesempatan pada Naomi untuk menjadi pemegang saham.
Naomi tidak langsung menerima tawaran itu, karena dia masih trauma dengan kejadian di lantai bursa yang menguras tabungannya. Tetapi dengan bijaksana pimpinan itu meyakinkan bahwa dia melaksanakannya.
Bahkan dia diberi fleksibilitas dalam menghadapi kerugian yang akan terjadi. Akhirnya dia menerima tawaran itu, sehingga jadilah Naomi sebagai seorang pemegang saham dan menjabat sebagai direktur.
Sempat merugi
Pada 1997 terjadilah krisis moneter yang mengakibatkan bisnis itu merugi. Perusahaan kemudian menerapkan strategi baru, yaitu produk yang tadinya hanya jaringan diskon di seluruh Indonesia dan dunia, dilengkapi dengan priviledge & promotion services sebagai nilai tambah, sehingga pendekatan kepada klien lebih rasional.
Pada saat krisis moneter, semua orang mau berhemat dengan fasilitas diskon, apalagi kalau mendapat fasilitas gratis, misalnya makan, berenang, nonton. Dengan strategi itu, pada 1999 bisnisnya kembali berjaya.
Sukses Card Connection menghantarkan Naomi ke jajaran pebisnis tangguh di Indonesia sehingga mendapat berbagai penghargaan. Bersamaan itu juga, lahirlah perusahaan baru dari perusahaan Ovis Group yang berjalan sejajar dengan bisnis pribadinya seperti jual beli properti, restoran, sampai pesawat carter.
Untuk menjalankan pekerjaan itu, Naomi tidak berhenti melakukan motivasi diri sendiri. "Saya memiliki mimpi, dan mimpi itulah yang selalu menjadi motivasi bagi saya," kata Naomi.
Dia mengakui, faktor yang paling berperan dalam menjalankan kariernya adalah karakter dan sikap yang kuat, pantang menyerah, menjunjung tinggi suatu komitmen, tidak suka berjanji, mudah bergaul, selalu mau belajar, melakukan segala sesuatu dengan tulus, loyal terhadap sesuatu, dan menghargai semua orang.
Untuk mengembangkan diri, dia banyak membaca berbagai macam buku, sering bertemu dengan seniornya untuk menambah informasi terutama yang bersangkutan dengan bisnis baru yang dibangun dan menonton VCD motivasi.
Untuk mengoreksi dirinya, dia selalu merekam setiap kali dia menjadi pembicara di seminar untuk mengetahui kekurangan yang harus diperbaiki. "Dari kesemuanya, dulu dan sekarang, yang saya sukai dari pekerjaan saya adalah belajar..belajar....dan belajar," kata Naomi yang senang jalan-jalan itu.
Waktu senggang alumnus University of Portland Oregon USA itu diisi dengan acara berkumpul dengan keluarga seperti bermain dengan keponakan. Waktunya sangat padat, sehingga jika ada sedikit waktu luangnya dibagikan kepada keluarganya.
iat suksesnya adalah berbisnis dengan cinta, make everybody happy, lakukan semuanya dengan tulus, baik dan benar, sedangkan secara profesional dia mempersiapkan segala strategi untuk mencapai tujuan.
"Dalam menjalani hidup saya selalu penuh dengan motivasi, penuh dengan inspirasi, penuh dengan semangat, berpikiran positif. Saya menjalani hidup seperti air mengalir yang akan membawa saya ke mana saja," kata Naomi lagi.
reni.efita@bisnis.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar