-

Kamis, 26 Juli 2012

Mentari Takkan Pudar

Hakim-hakim 16:30
Berkatalah Simson: "Biarlah kiranya aku mati bersama-sama orang Filistin ini." Lalu membungkuklah ia sekuat-kuatnya, maka rubuhlh rumah itu menimpa raja-raja kota itu dan seluruh orang bayak yang ada di dalamnya. Yang mati dibunuhnya pada waktu matinya itu lebih banyak daripada yang dibunuhnya pada waktu hidupnya.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 28; Matius 28; Yesaya 9-10

Alkitab mengisahkan beberapa anak yang dipersembahkan kepada Tuhan sejak dari kandungan. Salah satunya Samuel yang sejak lepas minum susu dari ibunya, tinggal di Bait Allah, dan satunya lagi yang dipilih dengan pesan dari malaikat Tuhan, adalah Simson. Simson penuh dengan kuasa Roh Kudus sejak lahir. Nama Simson, berarti sinar mentari, atau sang mentari kecil. Dan benar seperti namanya, sejak dia lahir, dan tumbuh dewasa, dia seperti panas mentari yang membakar musuh-musuhnya dengan sangat dahsyat.

Orang selalu mengenang kisah Simson dengan sedih. Kisah tentang kegagalan. Orang akan mengingat kisahnya yang memalukan karena diperalat oleh seorang pelacur, dan berakhir menjadi seorang badut buta di istana musuh.
Benarkah?

Alkitab tidak mengingat dia seperti itu. Alkitab menulis, "Yang mati dibunuhnya pada waktu matinya itu lebih banyak daripada yang dibunuhnya pada waktu hidupnya." Alkitab mencatat bahwa pertempuran terakhirnya adalah puncak kemuliaannya, tak peduli segala kegagalan dan kekelaman yang dia lewati.

Allah tidak pernah mencap kita sebagai orang gagal. Tak peduli betapa memalukan kegagalan kita. Tak peduli sekali pun semua orang, bahkan saudara-saudara kita mengecam kita, Allah senantiasa memberi kesempatan. Dan itu dibuktikannya lewat Simson. Pertempuran terakhirnya lebih dahsyat dari segala pencapaian seumur hidupnya. Kasih Allah yang seperti mentari abadi, tak pernah pudar dan Dia membuat sang mentari kecil itu juga tidak pudar, bahkan di masa senjanya.

Dalam Tuhan, selalu ada kesempatan kedua, ketiga, dan keempat... selama kita memandang kepadaNya.

Selasa, 24 Juli 2012

Susahnya Menjaga Integritas

Amsal 11:6
Orang yang jujur dilepaskan oleh kebenarannya, tetapi pengkhianat
tertangkap oleh hawa nafsunya.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 3; Matius 3; 1 Raja-Raja 21-22

Karena uang di dompet sudah menipis, saya bergegas memasuki sebuah bilik Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Begitu saya masuk ke bilik ATM itu, layar monitornya bertuliskan "Apakah anda ingin melanjutkan dengan transaksi yang lain?" diikuti pilihan "ya dan tidak". Berarti masih ada kartu ATM yang tertinggal dalam kondisi aktif di sana. Dan saya tergoda...

Setelah celingak-celinguk ke kiri dan kanan, saya memastikan bahwa tidak ada orang lain yang melihat. Ketika saya pilih tombol "ya" dan mengklik info saldo, ternyata masih ada hamper Rp. 20 juta uang tersisa. Ah, godaan itu semakin kuat menarik saya. "Bagaimana cara mendapatkan uang itu? Ditarik tunai atau ditarnsfer ke rekening pribadi?" begitu gumam saya dalam hati.

Keringat dingin mulai mengucur dan degup jantung menjadi lebih kencang. Saya pastikan lagi tidak ada orang yang sedang mengamati saya. Lalu ada dua suara dalam hati nurani seperti sedang berebut pengaruh. Yang satu menyatakan, "Ambil saja. Kapan lagi? ini berkatmu..." sementara yang lainnya berkata, "Ingat posisimu! Jaga integritas!" Secepat kilat saya memilih untuk menaati larangan melalui bisikan lembut Roh-Nya. Bagaimanapun itu hak milik orang lain, bukan milik saya.

Ternyata memang berat mempertahankan integritas, apalagi jika tidak ada yang melihat. Namun kesadaran bahwa ada sepasang mata yang mengawasi dari ‘atas' akan memampukan kita melakukannya.

Integritas diuji pada saat tak seorangpun melihat anda.

Senin, 23 Juli 2012

Iman Seperti Anak Kecil

Matius 18:10
Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang
wajah Bapa-Ku yang di sorga.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 23; Matius 23; Yesaya 3-4

Karl Barth, seorang teolog ternama, dan juga salah satu yang terbesar di abad 20 ini, pernah ditanya oleh seorang anak muda seusai sebuah seminar, "Jika anda merangkum semua pengajaran anda, bagaimana anda merangkumnya dalam sebuah kalimat?"

Karl Barth menjawab dengan riang dengan mengutip lagu anak-anak Sekolah Minggu, "Jesus Loves me, this I know, for the Bible tells me so..." Lagu ini adalah lagu yang Karl Barth dengarkan waktu dia kecil, senantiasa disenandungkan oleh ibunya.

Seringkali iman anak kecil adalah harta yang "seolah" kita tinggalkan saat kita makin dewasa, saat karir kita makin hebat dan kita dipenuhi dengan segala metode manajemen dan analisa ekonomi yang rumit.

Hari ini, krisis ekonomi akibat kredit macet perumahan di Amerika, mengguncang sendi-sendi perekonomian dunia. Perusahaan - perusahaan besar yang mungkin tidak pernah terbayangkan akan goyah, ternyata goyah juga. Orang yang kita kira pintar ternyata gagal juga. Banyak orang mulai kuatir, memikirkan pekerjaan mereka, investasi mereka, masa depan mereka, dan lain-lain. Kekuatiran kita menggunung dan menghalangi mata iman kita untuk melihat bagaimana Allah memelihara kita seperti Dia memlihara burung pipit. Iman yang mungkin rasanya mudah kita peroleh waktu kita kanak-kanak.

Terkadang pengetahuan kita yang tingi dan rumit menambah rasa kuatir kita, gantinya percaya pada Tuhan, kita menerima tekanan kekuatiran dan kegelisahan dari dunia. Tentu baik untuk belajar dan memperoleh ilmu pengetahuan setinggi mungkin, akan tetapi biarlah kita bisa selalu percaya kepada-Nya, dengan iman yang sederhana, teguh, dan tidak tergoncangkan keadaan dunia. Iman yang sederhana itu, iman seorang anak kecil.

Rahasia terdalam tidak akan gagal dipahami
oleh iman sederhana seorang anak kecil.

Minggu, 22 Juli 2012

Mujizat-Mujizat Kecil

Rat 3:22-23
Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya,
selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 22; Matius 22; Yesaya 1-2

Orang Kristen cenderung melihat berkat sebagai materi. Ukurannya selalu uang dan hal-hal materi. Jika orang Kristen punya mobil, rumah dan tabungan yang mencukupi, yang diucapkan kemudian adalah, "puji Tuhan, ini semua adalah berkat-Nya!" Tentu saja hal ini tidak salah, tetapi pemahaman seperti ini kurang seimbang.

Sebenarnya ada banyak hal-hal kecil yang terabaikan dan telah kita anggap sebagai sebuah kebiasaan. Pada akhirnya kita dikaburkan untuk melihatnya sebagai berkat Tuhan yang luar biasa. Padahal sebenarnya tanpa hal-hal itu, kehidupan kita bisa jadi masalah besar.

Sadarkah kita bahwa organ-organ vital seperti jantung, ginjal dan paru-paru digerakkan oleh otot bawah sadar yang diciptakan Tuhan? bisa dibayangkan jika semua itu digerakkan oleh alam sadar, kita tidak akan pernah bisa tidur. Kita harus terus berjaga untuk memerintahkan organ-organ itu bekerja. Sadarkah kita bahwa udara yang kita hirup setiap hari adalah gratis? Berapa yang harus kita bayarkan jika TUhan mengeluarkan tagihan untuk itu semua?

Mujizat-mujizat kecil itu adalah bukti dari kasih setia Tuhan yang tak berkesudahan dan tak ada habisnya. Menyadarinya sebagai suatu anugerah, akan membuat kita mudah mengucap syukur kepada-Nya. Kita lantas berterimakasih untuk nafas hidup, untuk organ - organ tubuh yang tetap bekerja dan untuk hal-hal sepele lainnya. Ah, betapa baiknya Tuhan itu...

Mujizat-mujizat kecil itu adalah mujizat juga! Hargailah!

Sabtu, 21 Juli 2012

Mengatasi Kesalahan

Luk 15:11-24
"Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa."

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 19; Matius 19; Amos 8-9

Tidak ada seorangpun yang kebal dari kesalahan. Sepandai apapun seseorang, ia pasti melakukan kesalahan. Oleh sebab itu, kita perlu bertanya tidak hanya "mengapa" tapi juga "bagaimana" kita dapat mengatasi kesalahan atau kegagalan hidup kita.

Lukas 15 menceritakan tentang seorang anak yang melakukan kesalahan dalam hidupnya. Ia meminta harta warisan dari ayahnya, menghamburkannya dengan berfoya-foya, dan akhirnya menjadi melarat. Tapi, kisah ini tidak berhenti sampai di sini. Di dalam Tuhan selalu ada pengharapan. Bagaimana sikap anak yang bungsu ini dalam menghadapi kesalahannya?

Pertama, ayat 17 mengatakan bahwa ia menyadari kesalahannya. Kesadaran merupakan langkah positif pertama menuju kesembuhan! Banyak orang yang melakukan kesalahan sama berulang kali dan tidak pernah menyadari kesalahannya. Kita perlu berdoa dan meminta hikmat pada Tuhan agar kita peka dengan dosa sehingga kita cepat menyadari kesalahan kita.

Kedua, anak ini mengingat bahwa kasih bapanya lebih besar daripada segala kesalahannya (ayat 18). Kita perlu memegang prinsip hidup ini: Kasih Tuhan selalu lebih besar daripada segala kesalahan kita. Ini bukanlah alasan untuk melakukan dosa, melainkan adalah suatu pengharapan. Tuhan tidak pernah menolak orang yang datang kepadaNya, berapapun besar kesalahannya. Tuhan tidak pernah memutuskan hubunganNya dengan kita. Kitalah yang sering menolak dan meinggalkan Dia. Dia adalah Maha Pengasih dan Maha Pengampun.

Ketiga, anak ini bangkit dan pergi kepada bapanya (ayat 20). Bila kita tidak bangkit dari kesalahan kita, maka pembaharuan tidak akan pernah terjadi. Selama kita mau bangkit, kita tidak akan gagal. Kegagalan terjadi bila ita berhenti mencoba. Pelajari kesalahan kita dan apa yang membuat kita gagal, supaya hal tersebut tidak terulang lagi.

Pertobatan melibatkan kesadaran, iman, dan juga tindakan nyata.

Kamis, 19 Juli 2012

Pintu Tertutup

Yoh 10:7-9
Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 18; Matius 18; Amos 6-7

Tuhan tidak pernah menutup satu pintu tanpa membuka pintu yang lain. Tuhan tidak pernah menutup satu kesempatan tanpa membuka kesempatan yang lain. Mengapa Tuhan menutup pintu atau kesempatan? Seringkali Tuhan ingin menarik perhatian kita. Dia ingin agar kita memiliki prioritas yang benar. Bila kita menyimpang dari jalanNya, kita tidak hanya mnghancurkan hati Tuhan, tapi juga menghancurkan hidup kita.

Tuhan ingin mengarahkan kita pada kesempatan yang lebih besar. Kita biasanya igin tinggal di zona nyaman dan aman serta tidak menyukai perubahan. Semua perubahan mempunyai resiko dan tantangannya masing-masing. Tuhan seringkali menutup satu pintu untuk memberikan kesempatan atau hal yang lebih baik, mungkin sesuatu yang akan lebih dapat mengeluarkan dan mengasah potensi kita, atau melatih dan membentuk karakter kita.

Oleh sebab itu, bila ita menemukan pintu di depan kita tertutup, jangan langsung putus asa. Alexander Graham Bell berkata, "Sometimes we stare so long at a door that is closing that we see too late the one that is open." Kadangkala kita terpaku terlalu lama dengan pintu yang tertutup sehingga kita terlambat untuk melihat pintu lain yang terbuka. Ubahlah pandangan Anda, siapa tahu setelah itu Anda akan dapat melihat kesempatan yang baru!

Satu pintu harus ditutup sebelum sebuah pintu yang lain dibuka.

Senin, 16 Juli 2012

Visi: Seberapa Penting?

Yeh 12:27
"Hai anak manusia, lihatlah, kaum Israel berkata: Penglihatan yang dilihatnya itu, harinya masih jauh, nubuatan yang diucapkannya, waktunya masih lama."

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 16; Matius 16; Amos 1-2

Thomas Medical Centre dikenal sebagai penyedia layanan kesehatan yang memfokuskan diri pada pelayanan bersalin (pediatri). Tapi jauh sebelum cerita pencapaian mereka sampai hari ini, semuanya berawal dari visi pendirinya, Dr. Cheng Wei Chen, yang sekaligus menjabat sebagai Executive Chairman. Ia memimpikan agar proses melahirkan, yang biasanya dipandang sebagai hal yang menakutkan bagi wanita, dapat dialami sebagai proses yang menyenangkan.Visi ini menyentuh langsung kebutuhan mendasar yaitu safety bagi kaum wanita, yang seringkali ingin punya anak, tapi di sisi lain merasa ngeri membayangkan pross bersalin.

Dr. Cheng mengenal baik ketakutan itu dan kemudian berusaha menguranginya dengan mengenalkan proses itu sampai terasa akrab bagi calon ibu, selain itu ia juga menjadikan keamanan saat bersalin sebagai hal yang diutamakan dalam pelayanan mereka. Sekarang cerita itu pada gilirannya menginspirasi orang-orang untuk mencari dan mewujudkan visi mereka.

Bagaimana kontrasnya kehidupan orang yang memiliki tujuan dan yang tidak memiliki tujuan? Pendeknya, orang yang mempunyai tujuan dijagai oleh lingkup visi. Visi itu membuat kita sadar bahwa kita harus membuat hal itu terjadi. Ini membuat tidak ada hari-hari yang dilalui dengan sia-sia, atau bertanya-tanya apa yang sebenarnya sudah membuat kita sibuk selama ini, karena kita tahu bahwa kita sedang mewujudkan sesuatu yang berharga.

Dr. Cheng meresponi visinya dengan tepat, dan apa yang dihasilkannya adalah sesuatu yang luar biasa. Apakah Anda sudah mempunyai visi dan sedang dalam perjalanan mewujudkan visi itu?

Beberapa kesempatan kecil seringkali adalah awal dari usaha yang besar.

Sabtu, 14 Juli 2012

Kepercayaan adalah Aset Berharga

Amsal 28:20
"Orang yang dapat dipercaya mendapat banyak berkat, tetapi orang yang ingin cepat kaya, tidak akan luput dari hukuman."

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 14; Matius 14; 2 Raja-Raja 13-14

Ketika kita bicara tentang bisnis, kebanyakan orang akan berkata bahwa "business is abouttrust." Saat kita menunjukkan pada orang lain (entah klien, rekan, konsumen) bahwa kita bisa dipercaya, dapat dikatakan kita sudah memiliki aset penting untuk terus menjalankan bisnis. Tapi tentu untuk mendapatkantrust dari orang lain, apalagi orang yang baru kita kenal, tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Bagaimana dengan kehidupan seorang profesional yang mengabdi pada sebuah perusahaan?Trust juga rupanya merupakan hal yang tidak bisa diabaikan. Kalau kita senantiasa belajar untuk menunjukkan sikap dan kinerja yang baik, bukan seadanya. Hal itu juga akan membuat tingkatkepercayaan atasan kita bertambah. Jadi intinya,trustworthy adalah satu hal yang penting dalam berbagai bidang kehidupan kita.

Lantas bagaimana supaya kita mendapatkantrust itu? Saya bersyukur karena Tuhan memberikan prinsip di dalam firmanNya untuk bisa memperolehtrust. Dalam Lukas 16 jelas dikatakan bahwa kesetiaan dan kebenaran yang kita tunjukkan dalam perkara kecil akan membawa kita pada perkara yang lebih besar. Luar biasa bukan? Kuncinya sederhana saja, meski tidak selalu mudah dilakukan: setia dan benar. Tidak cukup setia, tapi juga harus benar.

Jadi, apapun yang saat ini dipercayakan pada Anda, jangan menjadi "lemah", teruslah setia dan lakukan dengan benar,trust akan datang dalam hidup Anda, pertama-tama yang terpenting adalah dari Tuhan sendiri, lalu juga dari orang lain.

Sekali gagal dalam ujiankepercayaan, dibutuhkan usaha keras dan waktu yang lama untuk bisa dipercaya lagi.

Kamis, 12 Juli 2012

Allah Mendengar

1 Sam 3:4
"Lalu Tuhan memanggil: "Samuel! Samuel!", dan ia menjawab: "Ya bapa."

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 13; Matius 13; 2 Raja-Raja 11-12

Samuel berarti Allahmendengar, atau dalam kata aslinya yang berbentuk pasif, kurang lebih berarti "didengarkan (oleh) Allah". Nama ini diberikan oleh Hana, sebagai tanda kesukaan bahwa Allah mendengar doanya dan mengindahkan kesedihannya dengan mengaruniakan seorang anak lelaki.

Kisah dengar-dengaran Samuel yang paling terkenal ini adalah kisah saat dia masih remaja. Melayani di Bait Allah di bawah pengawasan imam Eli. Tiga kali Allah memanggil Samuel dengan namanya, dan Samuel yang belum mengerti, mengira bahwa imam Eli yang memanggilnya.

Samuel adalah anak yang setia dan taat. Dia bisa langsung terbangun dan peka mendengar suara Tuhan, menandakan bahwa dia senantiasa berjaga-jaga walaupun dia tidur. Dikatakan bahwa Samuel tidur di Bait Allah, di tempat tabut Allah. Tempat tabut Allah adalah simbol dari hadirat Allah. Bagaimana kita dapat senantiasa tinggal dekat tabut Allah? Yaitu jika hati, jiwa, dan pikiran kita senantiasa memikirkan Dia, akan kasihNya.

Setiap hari kita berurusan dengan segala macam kepenatan dan kesulitan. Seringkali pula kita berdoa dengan pikiran yang terpusat pada masalah, dan kita bertanya-tanya apakah Allah mendengar kita. Mungkin ini saatnya kita belajar dari Samuel. Saat Dia memanggil kita, apakah kita tinggal dekat tabutNya sehingga kita dapat mendengar suaraNya?

Alkitab menuliskan bahwa Allah menyertai Samuel dan Samuel sendiri tidak membiarkan satupun firmanNya gugur. Hanya jika kita mendengarNya, kita dapat mengetahui dan taat pada firmanNya.

God hears us always, but do we hear Him when He calls?

Kuasa Fokus

2 Timotius 2:5
"Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga."

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 8; Matius 8; 2 Raja-Raja 7-8

Sebuah kaca pembesar dapat mengakibatkan kebakaran hutan. Sinar matahari dapat memotong plat baja. Jika secara sepintas kita membaca dua kalimat di atas, kita mungkin mengernyitkan dahi. Bagaimana mungkin?

Semuanya bisa terjadi kalau sinar matahari itu difokuskan. Bisa dengan kaca pembesar itu yang akan "mengumpulkan" sinar itu pada satu titik dan kemudian menimbulkan bara api, atau dengan lebih mengerucutkannya mejadi sinar laser yang mampu memotong plat baja. Segala sesuatu yang lebih terfokus ternyata menjanjikan efektifitas dan efisiensi.

Hukum yang sama berlaku juga dalam kehidupan kita. Jika kita sibuk dengan segala hal yang sebenarnya bukanfokus hidup: energi, waktu, dan uang akan habis percuma. Sebaliknya jika kita menyibukkan diri dengan hal-hal yang menjadi fokus hidup, hal-hal utama dan terpenting dapat diraih.

Bukankah seorang pelari sprint atau marathon tidak boleh sibuk dengan apapun yang ada di pinggir lintasan? Bukankah seorang perenang tidak boleh tergoda dengan apapun yang ada di luar kolam? Bagaimana mencapai finish dengan fokus terpecah? Mereka hanya bisa sampai di finish jika pandangannya hanya difokuskan pada garis akhir.

Hal-hal yang penting dalam hidup dapat diraih dengan fokus hidup yang lebih jelas.

Selasa, 10 Juli 2012

Dua Belas Batu di Tengah Sungai

Yosua 4:5
"...dan Yosua berkata kepada mereka: "Menyeberanglah di depan tabut Tuhan, Allahmu, ke tengah-tengah sungai Yordan, dan angkatlah masing-masing sebuah batu ke atas bahumu, menurut bilangan suku orang Israel."

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 10; Matius 10; 2 Tawarikh 22

Menyeberang sungai Yordan adalah suatu titik balik yang sangat penting dalam perjalanan orang Israel. Sungai Yordan seolah adalah gerbang untuk memasuki tanah perjanjian. Dengan melewati sungai ini, orang Israel telah mencapai tujuannya dan masuk ke dalam kehidupan yang baru.

Di situ Yosua berpesan agar mereka mendirikan tumpukan dua belas batu di tengah sungai, sebagai peringatan. Ada dua hal yang dapat mereka peringati.

Yang pertama adalah kasih setia Allah, yang akhirnya membawa mereka masuk ke tanah perjanjian, melepaskan mereka dari sengsara perbudakan.

Kedua, adalah peringatan bahwa sungai itu dan tumpukan batunya adalah batas agar mereka tidak kembali lagi ke tanah Mesir. Selama di padang gurun, orang Israel menggerutu, mengomel, dan berusaha untuk kembali lagi ke Mesir. Kedua belas batu itu adalah tugu peringatan bahwa mereka melupakan segala yang ada di belakang mereka.

Sebab Kristus adalah sungai Yordan kita. Saat kita mendedikasikan hidup bagi Kristus, di situ kita memancangkan kedua belas batu di hati kita. Kita mengingat kasih setiaNya yang mengubahkan hidup kita menjadi baru. Juga, menjadi peringatan agar kita berubah dan tidak kembali kepada kehidupan lama yang penuh dengan dosa dan keinginan daging.

Happy moments: praise God. Painful moments: trust God. Every moments: thank God.

Minggu, 08 Juli 2012

Sahabat Sejati

Amsal 18:24
"Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib daripada seorang saudara."

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 6; Matius 6; 2 Raja-Raja 3-4

Sahabat! Biasanya semua orang memiliki minimal seorang atau lebih sahabat dalam suatu fase kehidupannya. Tapi bagi beberapa orang, persahabatan ini seringkali menjadi hal yang menyulitkan dalam perkembangan pribadinya.

Persahabatan banyak terjadi karena orang-orang berada dalam suatu lingkungan yang sama. Memang agak sulit jika persahabatan dihubungkan dengan profesionalitas dalam pekerjaan atau pelayanan. Sungkan dan alasan tidak ingin merusak persahabatan tidak jarang membuat kita kompromi terhadap kesalahan rekan yang juga sahabat kita itu. Jika tidak hati-hati, persahabatan bisa menjadi faktor penghambat dalam kehidupan, khususnya ketika kita tidak melakukan hal yang seharusnya dilakukan karena persahabatan itu.

Mari mulailah merenungkan kembali persahabatan macam apa yang kita miliki. Sahabat adalah seorang yang ingin agar kita mencapai hasil-hasil yang maksimal, dan kita juga ingin hal yang sama terjadi atas diri sahabat kita. Jika kita melakukan kesalahan, seorang sahabat seharusnya malah lebih leluasa untuk menegur, karena itu akan membawa kita berubah ke arah yang lebih baik bukan?

Anda punya tugas menggenapi rencana Tuhan dalam kehidupan Anda sendiri. Jangan hanya karena sungkan dengan sahabat, Anda lalai dengan kehendak Tuhan. Dan jika sampai terjadi karena mengikut kehendak Tuhan Anda kehilangan sahabat, Ia yang setia akan mengganti sahabat Anda berlipat kali ganda.

Cara termudah untuk bertumbuh adalah dengan mengelilingi diri dengan orang-orang yang dapat memaksimalkan kita.

Rabu, 04 Juli 2012

Empati

Roma 12:15
Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 5; Matius 5; 2 Raja-Raja 1-2

"Asalkan Anda dapat mengurangi penderitaan orang lain, kehidupan tidak akan sia-sia," tulis Hellen Keller. Keller yang cacat fisik sedari kecil, pasti mengerti seperti apa itu kepedihan emosi. Di usia 19 bulan, suatu penyakit telah membuatnya buta dan tuli. Guru Keller, Ann Sulivan yang berbelas kasihan mengajarinya membaca, menulis dalam huruf braille, dan kemudian mengajarinya berbicara. Ann mengajar dengan cara mengejakan huruf-huruf pada tangan Hellen.

Apa sih sebenarnya yang menggerakkan Ann? Rupanya Ann sendiri tahu benar frustasinya berjuang hidup dengan cacat fisik, karena ia sendiri nyaris buta. Empatilah yang membuat Ann sanggup menempatkan diri dalam posisi Hellen dan turut merasakan penderitaannya. Tertular oleh empati gurunya, Hellen memutuskan untuk membaktikan hidupnya bagi mereka yang senasib dengannya. Entah seberapa besar efek yang dihasilkan oleh empati awal ini bagi orang-orang yang ditolong Hellen selanjutnya.

Kita tahu panggilan tertinggi kita adalah untuk mengasihi. Kita seringkali ingin mewujudkannya, tapi sayangnya kita tinggal di dunia yang mementingkan diri sendiri. Ada pepatah mengatakan, "Tinggalkanlah duniamu, dan masuklah ke dunia orang lain. Kita perlu belajar "masuk" ke dalam penderitaan orang lain sehingga dapat memahami mereka. Jadi meski niat mengasihi tinggi, jika lupa mengasah empati, mengasihi itu rasanya sulit untuk dilakukan dengan tulus.

Kita dapat menjangkau empati jika kita benar-benar memulai dari hati.

Selasa, 03 Juli 2012

Dewasa Dalam Memberi

2 Kor 9:6
"Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak akan menuai banyak juga."

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 4; Matius 4; 2 Tawarikh 20-21

Salah satu ciri kedewasaan dalam Kekristenan adalah: pemberian. Pada praktik gereja mula-mula, bahkan sejak masa Israel, hal memberi adalah sebuah tindakan rohani yang sering ditandaskan Alkitab. Motivasi utamanya sederhana, yaitu agar manusia tidak dikuasai oleh harta yang dititipkan Tuhan padanya. Itu sebabnya Tuhan memerintahkan untuk memberi agar kita terbebas dari ketamakan. Kepada jemaat di Korintus, Paulus menguraikan beberapa prinsip dalam memberi.

Pertama, berlakunya hukum tabur tuai (2Kor 9:6). Meski tujuan utama kita memberi bukan "memancing" berkat Tuhan, tapi menurut ayat ini, apa yang kita berikan akan paralel dengan apa yang kita terima. Yang menabur sedikit akan menuai sedikit, demikian pula sebaliknya.

Kedua, kerelaan diperlukan pada saat memberi (2Kor 9:7). Kerelaan akan muncul jika tumbuh kesadaran bahwa kita bukanlah pemilik, melainkan sebatas pengelola. Kalau kita merasa memilikinya, seperti yang Paulus tuliskan, kita akan menjadi sedih dan terpaksa. Ada rasa kehilangan yang mengikuti pemberian kita. "Bagaimana dengan kehidupan saya nanti?" biasanya pertanyaan itu akan muncul.

Ketiga, memberi dengan sukacita (2Kor 9:7b-8). Daripada menyesali pemberian kita, lebih baik jika kita memberi dengan sukacita. Mengapa? Di ayat 8, ada janji Tuhan yang dinyatakan di dalamnya. Kelimpahan kasih karunia akan kita terima, kecukupan akan didapatkan, malah akan berkelebihan di dalam kebajikan.

Kini waktunya menunjukkan kedewasaan melalui pemberian yang dilandasi kerelaan dan sukacita.

Salah satu ciri kedewasaan rohani adalah memberi.

Senin, 02 Juli 2012

Masa Menuai Sudah Tiba?

Yoh 4:38
Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan; orang-orang lain berusaha dan kamu datang memetik hasil usaha mereka."

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 2; Matius 2; 1 Raja-Raja 19-20

Tidak ada yang lebih menggembirakan bagi seorang petani kecuali tiba saat menuai. Segala jerih payah dan waktu penantian kemudian seolah terbayar lunas, bahkan lebih, pada saat menuai.

Seorang penginjil muda dari Eropa berangkat dengan penuh semangat ke tanah Afrika sebagai seorang misionaris. Dia membawa serta istrinya dan anak perempuannya yang masih kecil. Lama dia berusaha, tidak ada hasil. Istrinya mati dengan menyedihkan di tempat misi mereka. Tak ada hasil. Satu-satunya yang dia dapat, hanyalah seorang anak desa yang kumuh dan ingusan yang mendengarkan cerita tentang Yesus.

Pulanglah dia dengan kepahitan dan sakit hati. Dia mengabaikan anaknya dan meninggalkan Tuhan. Hidup mabuk-mabukan dalam kesengsaraan yang merobek jiwa. Tahun demi tahun berlaku, anak perempuannya tumbuh dan menikah dengan pria baik-baik dan kemudian berusaha mencari ayahnya. Menyertai dia, adalah seorang penginjil kulit hitam yang telah berkhotbah di hadapan ribuan orang di berbagai Negara. Penginjil itu adalah anak kecil yang dikhotbahi penginjil yang sakit hati itu, dahulu kala.

Lihatlah lading market place kita. Apa yang kita lihat? Tuaian yang menguning. Kita bisa melihat dengan pahit dan kecewa seperti sang penginjil itu, atau kita melihat dengan mata iman, bahwa sungguh Allah yang menyediakan tuaian.

Kenali ladang tuaian anda dan kerjakan bagian anda.

Minggu, 01 Juli 2012

Penakluk Raksasa

1 Sam 17:50

"Demikianlah Daud mengalahkan orang Filistin itu dengan umban dan batu; ia mengalahkan orang Filistin itu dan membunuhnya, tanpa pedang di tangan."

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 1; Matius 1; 1 Raja-Raja 17-18

Di dalam Alkitab ada sebuah cerita yang sangat menarik dan membawa pelajaran berharga untuk kita. Ini adalah kisah tentang seorang anak gembala melawan seorang prajurit raksasa. Kebanyakan dari kita tentu dapat menghubungkan kisah "raksasa" ini lewat pergumulan kita sehari-hari. Mungkin bukan raksasa dalam bentuk fisik, tetapi pergumulan kita laksana raksasa-raksasa dalam kehidupan kita. Raksasa seperti depresi, kekecewaan , penyesalan, kebimbangan, pencobaan, ketakutan, keputusasaan, kesepian, kekuatiran, kecemburuan, penundaan waktu, kegagalan, kemarahan, dan rasa bersalah adalah contoh-contoh raksasa yang menghantui hidup kita.

Kita dapat belajar kisah penaklukan raksasa ini dari Daud saat dia mengalahkan raksasa di jamannya. Goliath berukuran sembilan kaki, dengan baju besi yang kokoh. Dia mengejek orang Israel dan Allah. Tak ada yang berani bersuara. Tidak ada. Kecuali seorang yang tak terduga, seorang anak gembala kecil.

Raja Saul tergoda untuk melengkapi Daud dengan segala perlengkapan baju perang dan senjatanya. Daud menolaknya, karena tahu dia tidak bergantung pada itu. Daud siap berperang karena kuasa Roh. Dengan hanya sebuah ketapel, Daud menembakkan sebutir batu kepada Goliat. Batu itu melesak ke dalam kepala sang raksasa. Daud menaklukkan raksasa itu bukan dengan kekuatan sendiri, namun oleh kekuatan Allah.

Hari ini, raksasa apakah yang sedang kita hadapi? Apakah kita berperang sendiri atau dengan Allah?


Allah yang sama yang akan membawa kemenangan seorang anak gembala akan menolong kita menaklukkan raksasa-raksasa.

Arsip Renungan

Artikel Renungan favorit pembaca