-

Kamis, 30 Agustus 2012

Mencari Yang Aman

II Timotius 1:7
"Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban."

Bacaan Kitab Setahun: Mazmur 47; Titus 1; Yesaya 47-48

Pendiri dan pimpinan sebuah perusahaan penerbangan yang sukses di Amerika Serikat suatu hari mengungkapkan filsafat bisnisnya kepada wartawan yang mewawancarainya, "Saya suka melakukan hal-hal yang menakutkan. Tanpa ketakutan, tidak ada keberanian." Itulah yang menyebabkan ia selalu mencari kemungkinan-kemungkinan untuk dapat memperluas jangkauan penerbangan, bukannya berpuas diri dengan kekayaan yang telah dicapai oleh perusahaan penerbangannya. Ia menempuh banyak resiko setiap kali ia memulai pelayanan ke kota-kota yang baru. Namun, ia tidak pernah patah semangat.

Keberanian bukan berarti tidak ada ketakutan, melainkan adanya kemauan untuk bertindak bahkan ketika kita merasa takut akan apa yang mungkin terjadi bila kita melakukannya. Ketika Paulus menulis surat kepada rekannya, Timotius, ia mendorong Timotius untuk berani bertindak demi Kristus, walaupun keberanian Paulus sendiri telah membawanya ke penjara (Baca II Timotius 1:7-8).

Ada banyak orang yang telah mencapai kesuksesan saat ini lebih "mencari yang aman" saja. Mereka tidak mau mengambil resiko lagi untuk memulai sesuatu yang baru karena mereka takut mengalami kegagalan, dan hal yang tidak sedikit pula dilakukan oleh orang-orang percaya. Orang-orang Kristiani banyak yang sudah merasa aman dengan Yesus, dan tidak berani memperkenalkan Yesus  kepada orang-orang lain yang belum mengenal-Nya, karena mereka takut ditolak, takut dibenci. Tetapi, sesungguhnya "mencari yang aman" tidak sepantasnya menjadi pilihan para pengikut Kristus. Orang-orang percaya senantiasa dipanggil untuk mengidentifikasi diri secara terang-terangan dengan Yesus dan dengan mereka yang menderita karena kesetiaan kepada Kristus. Kekuatan untuk melakukan hal itu datangnya dari Roh Kudus yang diam kita.

Marilah menjadi orang-orang yang berani dan menghadapi segala sesuatu yang menakutkan pada hari ini, termasuk memperkenalkan Yesus kepada orang-orang yang belum mengenal-Nya.

Menjadi pengikut Kristus berarti siap untuk mau keluar dari zona aman hidup Anda

Selasa, 28 Agustus 2012

Berhenti Bersikap Agamawi !

II Korintus 5:21
"Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah."

Bacaan Kitab Setahun: Mazmur 46; 2 Timotius 4; Yesaya 45-46

Ketika Anda dilahirkan baru, Anda tidak setengah dilahirkan baru atau seperempat benar. Anda dijadikan kebenaran Tuhan dalam Kristus! Anda dijadikan "sewaris dengan Kristus." Menurut Konkordansi karangan Strong kata "sewaris" (joint-beir) mengacu pada persamaan pribadi yang dilandasi persamaan pemilikan.

Yesus pergi ke Salib untuk memberi Anda hal yang telah dimiliki-Nya. Dia bangkit kembali agar Anda diciptakan kembali menurut citra-Nya. Anda adalah kemenangan dari Tuhan Yang Mahakuasa! Anda lebih dari pemenang dalam Kristus Yesus. Di dalam Bapa, Anda adalah sama seperti Yesus. Yohanes 17:23 sebenarnya menyatakan bahwa Tuhan mengasihi Anda, seperti Dia mengasihi Yesus.

Begitu Anda berani menerima kenyataan itu, hidup Anda akan berubah selama-lamanya. Anda takkan puas lagi untuk hanya duduk-duduk saja merengek dan berharap agar segala sesuatunya berbeda. Anda akan melangkah untuk menempati kedudukan kewibawaan yang telah diberi Yesus kepada Anda, untuk mengambil tempat yang menjadi hak-hak Anda di sisi-Nya dan belajar berkiprah seperti Yesus. Sebagai umat-Nya, di hadapan Tuhan, kita sama seperti Yesus.

Jika Anda mau menerima pesan itu, dan jika Anda berani menerapkannya, itu akan mengubahkan hidup Anda secara mendasar. Itu akan mengantar Anda dari alam keagamaan menuju kenyataan !

Tuhan tidak menginginkan Anda berubah karena agama, tetapi karena Anda mengalami Dia dalam hidup secara pribadi

Senin, 27 Agustus 2012

Tetaplah Berlatih, Tetaplah Berlari

Ibrani 12:1-2
"Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah."

Bacaan Kitab Setahun: Mazmur 45; 2 Timotius 3; Yesaya 43-44

Kita tidak dapat memimpin siapa pun lebih jauh dibanding yang telah kita lalui sendiri. Terlalu sering kita khawatir tentang hasilnya sehingga kita mencoba jalan pintas atas protes tersebut. Tidak ada jalan pintas jika integritas terlibat. Akhirnya kebenaran akan selalu tersingkap.

Suatu waktu, ada seorang konsultan yang sedang mengikuti wawancara tentang quality control. Konsultan ini begitu percaya diri dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh pewawancara. Pada satu pertanyaan terakhir yang diberikan pewawancara kepadanya ia ditanyakan mengenai pengalamannya di dalam bidang quality control. Berikut jawaban yang diberikan oleh konsultan, "Dalam quality control, kita tidak peduli tentang produknya. Kita peduli tentang prosesnya. Jika prosesnya benar, produknya dijamin." Hal yang sama berlaku di dalam integritas; integritas menjamin kepercayaan.

Pada bidang olahraga dikenal prinsip "Bermainlah seperti kamu berlatih". Prinsip ini sangat penting untuk diketahui dan juga dijalankan oleh para pemimpin. Mengapa? Karena ini berbicara tentang dirinya (si pemimpin) dan kepercayaan yang akan ia terima dari orang lain.

Saat Anda ingin mempertahankan kepercayaan dari orang lain dengan disertai integritas maka kepercayaan itu akan tetap Anda terima. Tetapi, bila Anda mempertahankan hal itu tanpa integritas maka dengan cepat kepercayaan itu akan hilang.

Hasil luar biasa selalu datang dari persiapan yang luar biasa juga!!

Jumat, 24 Agustus 2012

Jangan Mengabaikan Berkat

II Korintus 4:17
"Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya"

Bacaan Kitab Setahun: Mazmur 43; 2 Timotius 1; Yesaya 39-40

Suatu hari saya pernah mengalami suatu masalah yang menurut saya berat. Ketika berada dalam situasi tersebut, iman saya goyah dan mulai mempertanyakan Tuhan di dalam hidup saya. Seingat saya, tidak pernah ada kata-kata berkat yang keluar dari mulut saya ketika itu.

Fokus saya terhadap masalah yang sedang dihadapi membiaskan kasih karunia yang sebenarnya telah Dia berikan dalam kehidupan saya. Begitu halnya yang mungkin saat ini sedang terjadi dalam hidup Anda. Anda tidak dapat melihat segala hal yang baik dari peristiwa yang menurut Anda ‘buruk" tersebut.

Tuhan yang Anda dan saya sembah adalah Allah yang hidup. Dia tahu kondisi dan kekuatan kita terhadap masalah/penderitaan tersebut. Dia adalah Tuhan setia dan tidak perlu diragukan lagi janji-janjiNya.

Ketika Roh Kudus memberikan pengertian di dalam diri Paulus mengenai penderitaan yang harus dialami orang-orang percaya, ia tahu bahwa yang akan dialami itu adalah  perkara ringan. Tidak satu pun kegentaran menghinggap dalam diri Paulus. Mengapa ia bisa seperti itu? Jawabannya ialah karena Paulus tidak berfokus kepada masalah/ penderitaan yang dialaminya, tetapi kepada firman Tuhan yakni berkat yang melimpah ketika kita setia mengikuti-Nya.

Jika Anda telah menderita dalam masa yang sulit belakangan ini, sadarlah akan berkat-berkat di sekeliling Anda. Anda akan jauh lebih berhasil mengatasi masalah-masalah jika Anda memuliakan Tuhan untuk pemecahan yang telah disediakan-Nya. Oleh karena itu, palingkan mata Anda dari kesukaran dan arahkan pandangan ke sekitar Anda maka Anda pun dengan segera meneriakkan kemenangan.

Masalah dan berkat adalah satu paket yang Tuhan berikan dalam kehidupan orang-orang percaya. Keduanya tidak dapat terpisahkan!!

Jika Tidak Hancur..

Kejadian 32:24-25
"Lalu tinggallah Yakub seorang diri. Dan seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing. Ketika orang itu melihat, bahwa ia tidak dapat mengalahkannya, ia memukul sendi pangkal paha Yakub, sehingga sendi pangkal paha itu terpelecok, ketika ia bergulat dengan orang itu."

Bacaan Kitab Setahun: Mazmur 41; 1 Timotius 5; Yesaya 35-36

Karakter dan kepemimpinan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan apabila seseorang ingin menjadi pemimpin. Kepemimpinan bukan hanya berbicara hal-hal di luar diri Anda, tetapi juga hal-hal yang ada di dalam diri Anda.

Yakub adalah tokoh nyata di dalam Alkitab yang diajar Tuhan dalam soal karakter. Dari semula Yakub mempunyai pengaruh yang besar. Tidak peduli apa yang dilakukannya atau ke mana ia pergi, ia menggugah segala sesuatu.

Ia adalah orang yang kaya, kuat, berpengaruh, dan diberkati dengan keluarga besar sehingga mengira bahwa dirinya mempunyai segala sesuatu. Tetapi, seorang pemimpin yang mencari jalan dan keuntungannya sendiri tidak dapat menjadi sebuah alat yang efektif  dalam tangan Allah. Allah harus menghancurkan Yakub untuk membuatnya berguna.

Dalam proses penghancuran, Yakub yang arti namanya adalah "si penipu" diubah Allah menjadi Israel yang berarti "pahlawan Allah". Dia ingin Yakub memusatkan pelayanan-Nya kepada Allah bukan diri sendiri.

Para pemimpin alami sering perlu dihancurkan. Anggaplah kemampuan alami Anda untuk memimpin sebagai karunia dari Allah, tetapi karakter Anda adalah suatu pemberian kepada Allah. Ingatlah: Setiap kali Anda ditekan kesukaran, Anda sedang dipersiapkan, seperti Yakub, untuk melayani Allah dan memimpin orang lain dengan lebih baik lagi.

Ujian kepemimpinan yang sejati adalah ketika karakter Anda dibentuk dan diubahkan Tuhan. Tidak ada yang lain !

Rabu, 15 Agustus 2012

Kasih Mengadakan Perubahan

I Korintus 13:7-8
"Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap."

Bacaan Kitab Setahun: Mazmur 39; 1 Timotius 3; Yesaya 31-32

Kasih tidak akan pernah gagal. Tiada yang berhasil tanpa itu dan tiada kegagalan yang dapat terjadi dengan itu. Bila Anda hidup oleh kasih, Anda tidak dapat gagal.

Dibutuhkan iman untuk percaya bahwa kasih takkan gagal. Pikiran duniawi tidak dapat memahami itu karena manusia duniawi dan lingkungannya diperintah oleh keserakahan.

Tetapi bila Anda menerapkan kasih oleh iman dan menolak untuk mencari kepentingan diri sendiri, maka Anda membiarkan Bapa bertindak untuk kepentingan Anda. Selama Anda tinggal dalam kasih, Allah Bapa akan mengusahakan kepentingan Anda, Dia memastikan Bahwa Anda berhasil. Berjalan dalam kasih adalah keuntungan besar bagi Anda!

Kasih Agape ialah jenis kuasa yang baru. Itu menjadikan Anda penguasa dari setiap keadaan. Tiada senjata yang akan berhasil melawan Anda. Bahkan tiada seorang pun mempunyai kuasa untuk menyakiti perasaan Anda karena Anda tidak diperintah oleh perasaan, melainkan oleh kasih Tuhan. Anda mengasihi seperti Dia mengasihi.

Kasih sanggup mengadakan perubahan menyeluruh dan mendasar. Jika Anda sepenuhnya memahami kasih Tuhan, Anda mungkin akan saling bersaing, Anda masing-masing berusaha semakin mengasihi sesama. Dan pastilah setiap orang akan muncul dari persaingan itu sebagai pemenang! Karena kasih itu sesungguhnya adalah satu-satunya rahasia pasti yang mengantar pada keberhasilan Anda.

Kasih sejati bukanlah hanya menguasai perasaan, tetapi juga kehidupan yang Anda jalani hari demi hari di dunia ini

Selasa, 14 Agustus 2012

Ketakutan Bukanlah Sebuah Pilihan

Kolose 3:15
"Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah."

Bacaan Kitab Setahun: Mazmur 33; 1 Tesalonika 5; Yesaya 19-20

Dalam kehidupan kita di dunia ini pasti pernah merasakan yang namanya ketakutan. Ketakutan tidak mempunyai pasangan hidup, ketakutan dalam hal keuangan, ketakutan akan kegelapan, ketakutan tidak bisa menjadi orang tua yang baik, dan ketakutan-ketakutan hidup lainnya. Pernahkah kita secara sungguh-sungguh mencari jawaban, ‘mengapa saya menjadi takut?'

Paulus adalah salah seorang rasul yang dikenang sampai sekarang ini sebagai rasul yang menulis banyak kitab di dalam perjanjian baru. Dalam satu tulisannya kepada jemaat Kolose, ia mengingatkan jemaat di kota tersebut untuk memelihara damai sejahtera Kristus yang tinggal di dalam hidup mereka.

Paulus sadar bahwa bila damai sejahtera itu hilang maka iman jemaat Kolose akan gampang digoyahkan oleh Iblis. Mereka akan mudah menjadi takut. Begitupun sebenarnya dengan hidup orang-orang Kristen saat ini.

Orang-orang Kristen yang hidup di bumi ini sebenarnya tidak perlu takut akan hal apapun apabila damai sejahtera itu tinggal dalam hidup mereka. Damai sejahtera berbicara mengenai Tuhan tinggal dan berbicara dalam hidup kita. Namun, mengapa kita masih takut? Jawabannya adalah karena kita membiarkan Iblis berbicara dalam hidup kita.

Iblis itu licik dan tahu kelemahan manusia. Ia menggunakan hal-hal nyata untuk menakut-nakuti manusia hingga kehilangan damai sejahtera. Ketika kehilangan damai sejahtera, ketakutan itulah yang tinggal dan menyelimuti hidup manusia.

Oleh karena itu, mulailah Anda menutup telinga atas bisikan-bisikan si jahat dan mulai mendengar suara Tuhan yang memberi kekuatan untuk menjalani hari-hari ke depan di bumi ini.

Ketakutan adalah ciri orang yang menomor duakan suara Tuhan, dan lebih mendengarkan suara si jahat

Senin, 06 Agustus 2012

Mendengar Seperti Samuel

I Samuel 3:10
"Lalu datanglah TUHAN, berdiri di sana dan memanggil seperti yang sudah-sudah: "Samuel! Samuel!" Dan Samuel menjawab: "Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar.""

Bacaan Kitab Setahun : Mazmur 32; 1 Tesalonika 4; Yesaya 17-18

Seseorang bertanya kepada Joan the Arc mengapa Allah berbicara hanya kepadanya. Ia menjawab, "Tuan, Anda salah. Allah berbicara kepada semua orang. Saya hanya mendengarkan."

Saat Allah berbicara kepada Samuel, seolah-olah anak laki-laki itu sedang berbaring diam-diam pada tengah malam. Bahkan saat itu, Samuel mulanya tidak mengenali suara Allah tersebut. Ia membutuhkan hikmat pembimbingnya yang berpengalaman. Eli, untuk mengerti siapa yang sedang berkomunikasi dengannya. Tetapi, berdasarkan berapa kali Samuel mendengar suara Allah sebagai orang dewasa, jelas bahwa ia memang belajar mengindentifikasi, mendengarkan, dan mematuhi suara Allah.

Para pemimpin sering menjadi orang-orang yang sibuk juga. Dan mereka dapat dengan mudah terperangkap dalam kegiatan kewajiban-kewajiban mereka. Jika Anda adalah salah satu pemimpin, cobalah untuk menyisihkan saat teduh bagi diri sendiri dan mendengarkan pengarahan Allah. Seperti yang dikatakan Bill Hybels, "Para pemimpin perlu meminta Allah untuk memberikan telinga Samuel kepada mereka."

Untuk mendengar suara Tuhan, Anda hanya perlu berserah diri dan mengarahkan telinga kepadaNya

Kamis, 02 Agustus 2012

Citra Diri Visioner

Yer 31:3
Dari jauh Tuhan menampakkan diri kepadanya: Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setiaKu kepadamu.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 31; 1 Tesalonika 3; Yesaya 15-16

Sebelum Tuhan memakai orang-orang menjadi perpanjangan tanganNya, Dia mengubah citra diri mereka terlebih dulu. Ketika Yesus bertemu Simon, Ia memberi nama baru dengan sebutan Petrus atau Kefas. Ketika Ia bertemu dengan Natanael, Yesus mengatakan bahwa ia seorang Israel sejati, dan ia akan melihat hal-hal yang lebih besar. Hakim-hakim 6:12 menceritakan bagaimana Allah memanggil Gideon sebagai pahlawan yang gagah perkasa, tapi itu terwujud setelah Gideon mempercayai Allah dan berani melangkah bersama Allah untuk mewujudkannya. Sebelumnya, Gideon hanya terpaku pada fakta ia berasal dari suku yang terkecil di bangsanya. Ya, kadangkala kita seperti Gideon yang melihat kepada apa yang nampak, masa lalu misalnya. Namun Allah kita adalah Allah yang visioner, Ia melihat ke depan.

Citra diri yang benar dan sehat adalah cara pandang diri kita seperti Allah melihat kita, sebagai ciptaan yang mulia dan berharga. Amsal 37:7a membahas segala sesuatu yang kita percayai mengenai diri kita sendiri. Allah tidak hanya menamai orang-orang tertentu dan memilihnya secara acak siapa yang berharga, seolah-olah beberapa dari kita terlewat, tapi Alkitab jelas mengatakan kita semua adalah utuh di dalam Yesus.

Orang Kristen mungkin kadang berpikir bahwa memiliki sikap citra diri adalah sikap sombong dan egois. Bagaimanapun, kebalikannya adalah benar. Jika kita mampu melihat bagaimana Allah menciptakan kita dan menilai kita berharga seperti yang ia katakan kepada setiap kita kita akan mendapatkan kepercayaan diri dalam hubungan kita denganNya dan dengan setiap orang di sekeliling kita.

Anda lahir sebagai seseorang yang penuh potensi, jangan mau menjadi lebih sedikit daripada yang Anda seharusnya.

Rabu, 01 Agustus 2012

Menuntut Kesempurnaan

Matius 5:16
Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di Sorga.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 30; 1 Tesalonika 2; Yesaya 13-14

Sewaktu saya masih bekerja dalam suatu perusahaan multinasional, jumlah karyawan yang cukup banyak menyebabkan komposisinya terdiri dari beragam agama, suku, dan budaya. Saat itu, mayoritas staffnya diisi oleh orang Kristen dan para pekerja hariannya bukan orang-orang percaya. Kebetulan saya ditempatkan di bagian produksi yang sehari-harinya banyak berhubungan dengan pekerja harian.

Dalam keseharian di tempat kerja, seringkali saya merasa malu ketika para pekerja harian ini mengomentari dan mengeluhkan sikap dari beberapa rekan staff Kristen yang lain. Mereka selalu mengaitkannya dengan kesukuan ataupun agama Kristen, seakan-akan jika yang melakukan hal yang kurang baik itu adalah orang Kristen, hal itu lebih berat kesalahannya. Pertanyaan-pertanyaan bermunculan di pikiran saya, mengapa jika staff beragama Kristen melakukan hal yang kurang santun, mereka selalu mengeksposnya? Mengapa jika dilakukan oleh staff non Kristen mereka sepertinya tidak terlalu mempermasalahkannya?

Suatu saat saya sadar bahwa mereka hanya menilai berdasarkan standar kita sebagai orang percaya, hanya saja kita sendiri yang kadang kurang menghidupi apa yang kita yakini. Orang-orang di luar tanpa sadar mengetahui, meyakini, bahkan menuntut kita sebagai orang percaya untuk memiliki sikap kerja dan karakter yang berbeda. Jika mereka yang bukan orang percaya saja tahu hal itu, apakah kita sendiri sudah mengetahui dan menghidupinya?

Orang diyakinkan oleh apa yang kita lakukan, dan bukan hanya dari yang kita katakan.

Arsip Renungan

Artikel Renungan favorit pembaca