Lukas 1:44
Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan.
Tak lama setelah orang-orang Amerika melahap sisa-sisa daging kalkun dari perayaan Thanksgiving, para reporter berita di televisi dengan wajah sedih memberitahu para pemirsa bahwa Natal tahun ini "sepertinya akan menjadi Natal yang buruk." Yang mereka maksudkan adalah jumlah penjualan di toko-toko mungkin akan menurun selama masa berbelanja yang akan datang. Dan hal ini membuat Natal yang "buruk."
Kita dapat memahami mengapa hal ini menjadi sebuah berita hangat. Banyak perusahaan menanti para pembeli akhir tahun yang sibuk berbelanja agar keuangan perusahaan mereka tetap terjaga. Namun ada sesuatu yang mengusik dalam diri saya ketika orang-orang berbicara mengenai Natal yang "buruk", meskipun kata itu ditujukan pada angka penjualan yang rendah. Bagaimana mungkin perayaan kelahiran Mesias, sang Juru Selamat dunia, dapat menjadi saat yang buruk?
Marilah kita mencermati sekali lagi kisah yang sudah tak asing ini. Pada bulan-bulan sebelum Yesus dilahirkan, Maria pergi ke kota tetangga untuk mengunjungi saudaranya, Elisabet, yang juga sedang mengandung dan menantikan kelahiran anaknya. Ketika Maria berbicara, bayi yang berada dalam rahim Elisabet melonjak kegirangan (Lukas 1:44). Mereka yang tahu siapa sebenarnya bayi Maria, akan bersukacita.
Mari kita cari sukacita tersebut dengan memusatkan perhatian kita pada peristiwa yang kita rayakan, bukan pada perayaannya. Kelahiran Yesuslah yang kita hormati, dan hal itu akan membuat Natal menjadi indah.
Setiap hari Natal menjadi indah bila kita memusatkan diri pada kabar baik tentang Yesus.
Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan.
Tak lama setelah orang-orang Amerika melahap sisa-sisa daging kalkun dari perayaan Thanksgiving, para reporter berita di televisi dengan wajah sedih memberitahu para pemirsa bahwa Natal tahun ini "sepertinya akan menjadi Natal yang buruk." Yang mereka maksudkan adalah jumlah penjualan di toko-toko mungkin akan menurun selama masa berbelanja yang akan datang. Dan hal ini membuat Natal yang "buruk."
Kita dapat memahami mengapa hal ini menjadi sebuah berita hangat. Banyak perusahaan menanti para pembeli akhir tahun yang sibuk berbelanja agar keuangan perusahaan mereka tetap terjaga. Namun ada sesuatu yang mengusik dalam diri saya ketika orang-orang berbicara mengenai Natal yang "buruk", meskipun kata itu ditujukan pada angka penjualan yang rendah. Bagaimana mungkin perayaan kelahiran Mesias, sang Juru Selamat dunia, dapat menjadi saat yang buruk?
Marilah kita mencermati sekali lagi kisah yang sudah tak asing ini. Pada bulan-bulan sebelum Yesus dilahirkan, Maria pergi ke kota tetangga untuk mengunjungi saudaranya, Elisabet, yang juga sedang mengandung dan menantikan kelahiran anaknya. Ketika Maria berbicara, bayi yang berada dalam rahim Elisabet melonjak kegirangan (Lukas 1:44). Mereka yang tahu siapa sebenarnya bayi Maria, akan bersukacita.
Mari kita cari sukacita tersebut dengan memusatkan perhatian kita pada peristiwa yang kita rayakan, bukan pada perayaannya. Kelahiran Yesuslah yang kita hormati, dan hal itu akan membuat Natal menjadi indah.
Setiap hari Natal menjadi indah bila kita memusatkan diri pada kabar baik tentang Yesus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar