-

Sabtu, 19 September 2009

Istirahat Emosi

Tanyakanlah kepada para dokter tentang tingkat frekuensi kegelisahan atau depresi yang mereka dapati pada pasien-pasien mereka. Anda akan tercengang ketika tahu betapa sangat sedikitnya orang di tengah-tengah kita yang sehat serta cukup mendapat istirahat secara emosi. Walau ada semua keuntungan modernitas, kita terus-menerus khawatir akan pekerjaan-pekerjaan kita, pernikahan kita, anak-anak kita, penampilan kita, usia kita, kesehatan kita, dan hari depan kita. Penggunaan obat penenang pada tingkat yang tinggi merupakan suatu indicator yang menunjukkan kurangnya emosi kita beristirahat.

Istirahat fisik dan istirahat emosi kerap kali berjalan berdampingan. Namun, kita tidak memiliki jaminan bahwa berisitirahatnya tubuh kita akan menghasilkan jiwa-jiwa yang merasa tenang. Berhentinya aktifitas fisik untuk sementara waktu tidak selalu menjamin ketenangan aktifitas batin yang sebanding. Meski demikian, bila kita ingin mengistirahatkan emosi-emosi kita, langkah pertama yang bijaksana adalah mencari ketenangan. Malangnya, tempat istirahat jarang bisa ditemukan; lampu-lampu dan suara bising ada di sebelah kanan kita, sedangkan orang-orang serta aktifitas-aktifitas ada di sebelah kiri kita.

Ada banyak alasan mengapa tidak ada istirahat emosi di tengah-tengah kita - begitu banyak alasan, sehingga kita malah terkejut saat menemukan bahwa istirahat emosi yang sejati sesungguhnya ada juga di antara kita. Kelebihan beban aktifitas merampas kita dari istirahat, sementara budaya kita mengiklankan: "Anda layak mendapatkan yang terbaik." Keangkuhan merampas kita dari istirahat, saat kita mencemaskan setiap kerut yang kita miliki dan setiap helai pakaian kita yang sudah tua. Ketidakpuasan merampas kita dari istirahat, sementara iklan-iklan yang terus bermunculan dengan sengaja merangsang ketidakpuasan.

Terlalu terpikat dengan kesuksesan bisa merampas kita dari istirahat - selalu mendaki sedikit lebih tinggi dan mendapat sedikit lebih banyak. Demikian pula halnya dengan keterpikatan terhadap kekuasaan. Walau demikian, kesuksesan dan kekuasaan itu merupakan dua daya penggerak dari "apa yang diimpikan orang." Hutang merampas kita dari istirahat, sementara hutang kita berada pada tingkat yang belum pernah ada sebelumnya. Kita mengkhawatirkan kesan yang menggambarkan kita dan reputasi kita, sampai kita tidak bisa beristirahat.

Istirahat EmosiMungkin akar penyebab terbesar bagi ketiadaan istirahat emosi pada masyarakat adalah hubungan-hubungan yang retak. Ketika ada perseteruan di tempat kerja, pertikaian di dalam masyarakat, kepahitan di gereja, dan peperangan di dalam rumah, kita tidak akan mendapatkan istirahat. Hal yang paling menyedihkan dari ini semua, tentu saja, jika hal itu terjadi di rumah kita. Rumah diciptakan Allah dengan maksud sebagai tempat berteduh yang tenang dan aman. Namun, ketika percekcokan masuk ke dalamnya, maka ketenangan pun akan lari.

Banyak orang yang terlalu ambisius menganggap jenis istirahat ini sebagai suatu kemewahan, atau mungkin bahkan sebagai musuh. Lama kelamaan, dalam budaya kita, kesuksesan merupakan hal yang paling penting, sedangkan kesejahteraan emosi adalah hal yang tidak terlalu penting, sedangkan kesejahteraan emosi adalah hal yang tidak terlalu penting. Meski demikian, sebagai dokter, saya harus memberitahu Anda bahwa istirahat emosi itu merupakan mitra serta pendukung, dan dalam jangka panjang, ia merupakan sesuatu yang dibutuhkan. Tidaklah salah untuk mencari ketenangan jiwa...

Renungan: Disiplinkanlah ekspetasi-ekspetasi, redamlah rasa ketidakpuasan, dan perbaikilah hubungan-hubungan. Konfigurasikan kembali mekanisme adrenalin Anda supaya bisa mengakomodasi istirahat. Belajarlah menundukkan kekayaan kepada kesehatan. Carilah hal-hal yang mendatangkan kedamaian, ketenangan pikiran dan kepuasan jiwa.

Tidak ada komentar:

Arsip Renungan

Artikel Renungan favorit pembaca