-

Senin, 03 Maret 2008

First things first

Dalam menjalani hari-hari, kita selalu diperhadapkan pada banyak janji dan komitmen yang harus dipenuhi. Padahal, waktu dan daya kita terbatas. Dan, kerap kali kita sulit memilih, sebab semua aktivitas tampak penting. Namun ini harus dilakukan, karena jika gagal,kita akan menjadi stress dan merasa bersalah.

Berikut beberapa hal yang mesti kita perhatikan dalam menata prioritas:

God Is our number one priority!
Mari kita mengingat poin ini lewat ilustrasi 2 toples. Ada 2 toples yang persis sama. Satu berisi pasir lembut, satu lagiberisi batu-batu sebesar kepalan tangan. Pasir memnyimbolkan banyaknya akltivitas kita setiap hari. Ya, kegiatan kita sering tampak begitu banyak hingga sepertyi pasir. Adapun batu mewakili apa yang Allah ingin kita lakukan bersama-Nya; saat teduh, baca firman, dan berdoa. Apabila kita mengisi pasir itu kedalam toples yang berisi batu-batu besar, secara natural pasir itu akan mengisi ruang yang ada sedemikian rupa, hingga batu dan pasir bisa mengisi penuh toples tersebut. Namun coba lakukan hal sebaliknya. Pindahkan bebatuan ke toples berisi pasir. Bahkan mesti kita sudah menekannya, tak semua batu itu dapat masuk ke toples pasir. Berikan tempat yang terutama kepada Allah, maka kita akan memiliki kekuatan untuk melakukan semua aktivitas yang telah terencana.

Tuliskan semua aktivitas yang akan kita lakukan
Kita perlu menuliskan semua aktivitas dan memilih mana yang bisa dibuang, mana yang tidak. Salah satu metodenya adalah dengan menuliskan apa saja yang akan kita lakukan dalam satu bulan mendatang. Lalu diperinci setiap minggu, dan lebih detail lagi diperinci dalam aktivitas setiap hari. Dengan melihat daftar aktivitas ini, kita dapat memisahkan antara hal-hal yang HARUS kita lakukan dengan hal-hal yang INGIN kita kerjakan. Selain itu, kita juga dapat menilai apakah kegiatan kita sudha seimbang; antara studi atau pekerjaan, dengan kehidupan sosial kita (kegiatan bermasyarakat, istirahat, rekreasi).

Berani berkata tidak tanpa rasa bersalah
Tanpa disadari, kita kerap terjebak pada keinginan untuk melakukan lebih. Baik itu berupa kegiatan sosial, maupun pelayanan. Namun terkadang kita lupa bahwa untuk setiap komitmen, kita harus sedia memberikan diri, hati, tenaga, dan pikiran, yang mesti dibagi dengan komitmen-komitmen yang telah ada sebelumnya. Jadi, sebelum membuat komitmen baru atau janji, berpikirlah sekali lagi agar tak membuat orang lain kecewa, atau membuat diri sendiri kepayahan.

SELAMAT MENGISI HARI DENGAN ARTI

Oleh: Agustina Wijayani

Tidak ada komentar:

Arsip Renungan

Artikel Renungan favorit pembaca