1 Korintus 1:12 – Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus.
2 Korintus 2:3, 9 - Dan justru itulah maksud suratku ini, yaitu supaya jika aku datang, jangan aku berdukacita oleh mereka, yang harus membuat aku menjadi gembira. Sebab aku yakin tentang kamu semua, bahwa sukacitaku adalah juga sukacitamu. Sebab justru itulah maksudnya aku menulis surat kepada kamu, yaitu untuk menguji kamu, apakah kamu taat dalam segala sesuatu.
Suatu kali seorang Ibu berkata kepada anaknya yang masih balita. “Tomas, jangan main diruang tamu. Nanti kalau ada tamu, repot membereskannya. Sekarang bawa mainanmu keluar dari ruang tamu.” Sementara itu, ibu tersebut pergi kedapur untuk melanjutkan memasak. Setelah selesai memasak, sekitar satu jam kemudian, ibu ini pergi ke kamar tidur dan bermaksud mengambil pakaian ganti. Betapa terkejutnya ibu ini ketika melihat kamar tidur yang berantakan dan kotor karena tanah dan pasir. Sementara itu, Tomas asyik bermain dengan dua orang emannya. Kaki mereka sangat kotor, sepertinya mereka habis berjalan diluar rumah anpa memakai alas kaki. Dengan nada tinggi, ibu ini bertanya, “Mengapa kkamu main di kamar tidur?” Dengan terbata-bata sambil ketakutan Tomas menjawab, “Kata Ibu, Tomas tidak boleh main di ruang tamu.” Tomas tidak tahu kalau dia juga dilarang main di kamar tidur. Tomas hanya tahu kalau dia tidak boleh main di ruang tamu. Pengalaman ini membuat ibu tersebut menyadari bahwa seharusnya dia berkata dengan emnggunakan bahasa anaknya. Untuk itu dikemudian hari dalam sebuah peristiwa yang hampir sama. Dia berkata, “Tomas, kamu jangan main dikamar. Mari kita angkat mainanmu ini dan kita pindahkan ke teras. Kamu boleh main disana.”
Seringkali masalah terjadi karena salah pengertian. Pendengar idak mengetahui apa maksud perkataan lawan bicaranya. Apalagi jika perkataan itu disampaikan dengan pengantara atau melalui orang lain. Paulus pernah mengalami apa yang disebut dengan kesalahpahaman dengan jemaat. Keadaan ini diperparah dengan adanya orang yang mau mengambil keuntungan dari pertistiwa tersebut. Petrus menyaksikan bahwa mereka yang tidak memahami maksud surat-surat Paulus berusaha memutarbalikannya. Itulah sebabnya dalam beberapa kesemapatan, Paulus menegaskan maksud suratnya dengan mengatakan sejelas-jelasnya sesuai dengan bahasa para pembacanya.
Berbicara adalah hal yang mudah, tetapi berbicara supaya pendengar menangkap maksud pembicaraan itu, sangatlah sulit. Salah satu cara yang sangat efektif supaya pendengar memahami maksud perkataan kita adalah dengan menggunakan bahasa mereka. Kita sebaiknya tidak berbicara dengan bahasa ilmiah kepada orang desa. Hamba Tuhan sebaiknya tidak berbicara dengan bahasa teologis kepada jemaat awam, apalagi mereka petobat baru. Anak muda sebaiknya tidak menggunakan bahasa gaul ketika berbicara kepada orang tua. Demikian juga dalam kaitannya dengan perbedaan latar belakang suku, bahasa, kebudayaan, tingkat kehidupan ekonomi dan pendidikan, hendaklah kita memakai bahasa pendengar kita. Dengan cara ini kita menghindari kesalahpahaman yang tidak perlu. Bukankah Allah sudah memberikan teladan dalam hal ini? Kehadiran Yesus adalah pernyataan Allah didalam bahasa manusia.
DOA: Aku ingin menghindari kesalahapahaman dengan orang lain. Untuk itu mampukan aku ya Bapa untuk menggunakan bahasa mereka. Dalam Nama Tuhan Yesus aku berdoa. Amin.
KATA-KATA BIJAK: Bicara dengan bahasa pembicara hanya akan didengar, berbicara dengan bahasa pendengar akan dimengerti.
2 Korintus 2:3, 9 - Dan justru itulah maksud suratku ini, yaitu supaya jika aku datang, jangan aku berdukacita oleh mereka, yang harus membuat aku menjadi gembira. Sebab aku yakin tentang kamu semua, bahwa sukacitaku adalah juga sukacitamu. Sebab justru itulah maksudnya aku menulis surat kepada kamu, yaitu untuk menguji kamu, apakah kamu taat dalam segala sesuatu.
Suatu kali seorang Ibu berkata kepada anaknya yang masih balita. “Tomas, jangan main diruang tamu. Nanti kalau ada tamu, repot membereskannya. Sekarang bawa mainanmu keluar dari ruang tamu.” Sementara itu, ibu tersebut pergi kedapur untuk melanjutkan memasak. Setelah selesai memasak, sekitar satu jam kemudian, ibu ini pergi ke kamar tidur dan bermaksud mengambil pakaian ganti. Betapa terkejutnya ibu ini ketika melihat kamar tidur yang berantakan dan kotor karena tanah dan pasir. Sementara itu, Tomas asyik bermain dengan dua orang emannya. Kaki mereka sangat kotor, sepertinya mereka habis berjalan diluar rumah anpa memakai alas kaki. Dengan nada tinggi, ibu ini bertanya, “Mengapa kkamu main di kamar tidur?” Dengan terbata-bata sambil ketakutan Tomas menjawab, “Kata Ibu, Tomas tidak boleh main di ruang tamu.” Tomas tidak tahu kalau dia juga dilarang main di kamar tidur. Tomas hanya tahu kalau dia tidak boleh main di ruang tamu. Pengalaman ini membuat ibu tersebut menyadari bahwa seharusnya dia berkata dengan emnggunakan bahasa anaknya. Untuk itu dikemudian hari dalam sebuah peristiwa yang hampir sama. Dia berkata, “Tomas, kamu jangan main dikamar. Mari kita angkat mainanmu ini dan kita pindahkan ke teras. Kamu boleh main disana.”
Seringkali masalah terjadi karena salah pengertian. Pendengar idak mengetahui apa maksud perkataan lawan bicaranya. Apalagi jika perkataan itu disampaikan dengan pengantara atau melalui orang lain. Paulus pernah mengalami apa yang disebut dengan kesalahpahaman dengan jemaat. Keadaan ini diperparah dengan adanya orang yang mau mengambil keuntungan dari pertistiwa tersebut. Petrus menyaksikan bahwa mereka yang tidak memahami maksud surat-surat Paulus berusaha memutarbalikannya. Itulah sebabnya dalam beberapa kesemapatan, Paulus menegaskan maksud suratnya dengan mengatakan sejelas-jelasnya sesuai dengan bahasa para pembacanya.
Berbicara adalah hal yang mudah, tetapi berbicara supaya pendengar menangkap maksud pembicaraan itu, sangatlah sulit. Salah satu cara yang sangat efektif supaya pendengar memahami maksud perkataan kita adalah dengan menggunakan bahasa mereka. Kita sebaiknya tidak berbicara dengan bahasa ilmiah kepada orang desa. Hamba Tuhan sebaiknya tidak berbicara dengan bahasa teologis kepada jemaat awam, apalagi mereka petobat baru. Anak muda sebaiknya tidak menggunakan bahasa gaul ketika berbicara kepada orang tua. Demikian juga dalam kaitannya dengan perbedaan latar belakang suku, bahasa, kebudayaan, tingkat kehidupan ekonomi dan pendidikan, hendaklah kita memakai bahasa pendengar kita. Dengan cara ini kita menghindari kesalahpahaman yang tidak perlu. Bukankah Allah sudah memberikan teladan dalam hal ini? Kehadiran Yesus adalah pernyataan Allah didalam bahasa manusia.
DOA: Aku ingin menghindari kesalahapahaman dengan orang lain. Untuk itu mampukan aku ya Bapa untuk menggunakan bahasa mereka. Dalam Nama Tuhan Yesus aku berdoa. Amin.
KATA-KATA BIJAK: Bicara dengan bahasa pembicara hanya akan didengar, berbicara dengan bahasa pendengar akan dimengerti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar