1 Yohanes 4:18
Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.
Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 135; 2 Korintus 8; 1 Tawarikh 5-7
Di hadapan saya adalah seorang dengan raut muka yang memperlihatkan usia penuh dengan sukacita dan hikmat. Setelah kami berkenalan, saya mendapati bahwa dia adalah mantan seorang CEO di perusahaan asuransi besar di Afrika Selatan. Pada usia 50 tahun dia meninggalkan posisinya dan merantau ke Asia Tenggara untuk menjadi misionaris dan melakukan pekerjaan Tuhan.
"Mengapa?" tanya saya spontan. Meninggalkan kehidupan yang nyaman dan merantau ke dalam ketidakpastian, aneh kan?
"Allah memanggil saya."
"Bagaimana Anda tahu bahwa itu betul dari Tuhan, bagaimana jika itu salah?"
Dia berusaha menjelaskan bahwa tentu itu melewati pergumulan dan sederetan tanda dan konfirmasi yang dia dapatkan.
"Akan tetapi...," ujarnya pelan dan mantap. "...bahkan sekalipun ternyata saya mendapati itu salah, saya lebih suka untuk mencoba dan pergi, daripada saya hidup di sana karena tidak berani dan menghabiskan hidup saya dalam kegelisahan dan penyesalan. Kalaupun ternyata setelah saya ke sini dan mendapati itu salah, maka dengan rendah hati saya akan mengakuinya dan pulang kembali, tetapi saya tidak menyesal."
Saya tercenung mendengar jawaban itu. Bukan jawaban yang gegabah dan sembarangan yang keluar dari seorang ahli di dunia asuransi. Tetapi jawaban seseorang yang karena cintanya kepada Tuhan begitu menggebu telah memampukan dia mengambil ‘resiko'.
Kasih mengalahkan ketakutan dan membuat kita berani mengambil resiko.
Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.
Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 135; 2 Korintus 8; 1 Tawarikh 5-7
Di hadapan saya adalah seorang dengan raut muka yang memperlihatkan usia penuh dengan sukacita dan hikmat. Setelah kami berkenalan, saya mendapati bahwa dia adalah mantan seorang CEO di perusahaan asuransi besar di Afrika Selatan. Pada usia 50 tahun dia meninggalkan posisinya dan merantau ke Asia Tenggara untuk menjadi misionaris dan melakukan pekerjaan Tuhan.
"Mengapa?" tanya saya spontan. Meninggalkan kehidupan yang nyaman dan merantau ke dalam ketidakpastian, aneh kan?
"Allah memanggil saya."
"Bagaimana Anda tahu bahwa itu betul dari Tuhan, bagaimana jika itu salah?"
Dia berusaha menjelaskan bahwa tentu itu melewati pergumulan dan sederetan tanda dan konfirmasi yang dia dapatkan.
"Akan tetapi...," ujarnya pelan dan mantap. "...bahkan sekalipun ternyata saya mendapati itu salah, saya lebih suka untuk mencoba dan pergi, daripada saya hidup di sana karena tidak berani dan menghabiskan hidup saya dalam kegelisahan dan penyesalan. Kalaupun ternyata setelah saya ke sini dan mendapati itu salah, maka dengan rendah hati saya akan mengakuinya dan pulang kembali, tetapi saya tidak menyesal."
Saya tercenung mendengar jawaban itu. Bukan jawaban yang gegabah dan sembarangan yang keluar dari seorang ahli di dunia asuransi. Tetapi jawaban seseorang yang karena cintanya kepada Tuhan begitu menggebu telah memampukan dia mengambil ‘resiko'.
Kasih mengalahkan ketakutan dan membuat kita berani mengambil resiko.
2 komentar:
Mantap...
Luar biasa pencerahannya. Ditambah dengan ilustrasi cerita semakin menguatkan pesan yang disampaikan. Puji Tuhan.
Posting Komentar